dc.description.abstract |
Penggunaan daun kumis kucing [Orthosiphon aristatus (BI) Mig.] sebagai
obat tradisional telah lama dikenal dan digunakan oleh masyarakat Indonesia secara
turun temurun. Tanaman daun kumis kucing termasuk divisi Spermatophyta, kelas
Magnoliatae, bangsa Tubiflorae, suku Lamiaceae, dan genus Orthosiphon. Ada tiga
varietas kumis kucing yang dikenal pada saat ini, yaitu varietas berbunga ungu,
varietas berbunga ungu muda dan varietas berbunga putih.
Daun kumis kucing dalam penanganannya memiliki beberapa kelemahan, yaitu
mudah rusak, misalnya oleh jamur dan mudah mengalami penurunan kualitas. Pada
umumnya ekspor daun kumis kucing dari Indonesia masih dalam bentuk daun olahan
segar karena terbatasnya peralatan dan teknologi pengolahannya. Hal ini menyebabkan
sering terjadi penolakan dari negara pengimpor karena perubahan mutu. Salah satu
altematif untuk mengatasinya adalah dengan menghasilkan ekstrak daun kumis kucing.
Ekstrak daun kumis dapat memberikan tambahan devisa yang cukup tinggi
bagi negara, karena tidak mengalami perubahan mutu seperti yang terjadi pada daun
kumis kucing olahan segar. Bentuk ekstrak juga dapat mengurangi jumlah volume
kemasan. Salah satu indikator kualitas dari ekstrak daun kumis kucing adalah
komponen sinensetinnya sebagai kandungan utama yang paling stabil. Sinensetin dari
daun kumis kucing dapat berfungsi sebagai senyawa antibakteri.
Kandungan sinensetin dipengaruhi oleh faktor wama bunga dan daun kumis
kucing serta jenis pelarut yang digunakan untuk ekstraksi. Daun kumis kucing dapat
diekstrak dengan berbagai jenis pelarut seperti etanol, aceton, air, etilen diklorida dan
metanol.
Sampai saat ini belum ditemukan metode ekstraksi yang dapat menghasilkan
ekstraksi daun kumis kucing secara maksimal. Oleh karena itu, perlu diadakan
penelitian atas basil ekstraksi daun kumis kucing untuk mencari kombinasi terbaik
antara jenis pelarut dan varietas daun kumis kucing berdasarkan wama bunga.
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh varietas tanaman daun kumis kucing dan
jenis pelarut pada kadar sinensetin di dalam ekstrak daun kumis kucing.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia Organik dan Kimia Fisika,
Institut Teknologi Indonesia, Serpong dan di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
Obat, Bogor. Penelitian berlangsung selama lebih kurang empat bulan. Bahan baku
utama yang digunakan adalah daun kumis kucing berbunga ungu, berbunga ungu
muda dan berbunga putih. Bibit tanaman kumis kucing berasal dari negara Swiss dan
dibudidayakan di Depok. Jenis pelarut untuk ekstraksi yang digunakan adalah air
panas, etanol dan metanol. Analisis yang dilakukan terhadap kandungan sinensetin
dalam
ekstrak daun kumis kucing menggunakan alat kromatografi cairan (liquid
cromatograph).
Ekstraksi daun kumis kucing dilakukan dengan menggunakan cara perendaman
dan penyaringan yaitu
selama perendaman bubuk daun kumis kucing di dalam pelarut
dilakukan
pengadukan
dengan alat pengaduk (stirrer). Pelarut yang terdapat dalam u
filtrat hasil ekstraksi diuapkan pada shu 40'C, sehingga diperoleh ekstrak daun lumis
kucing yang bebas pelart
Percobaan untuk penelitian adalah raneangan acak lengkap dengan uji tktorial
3x3 sebanyak tiga kali ulangan Penelitian menggunakan dua thktor yang masting
masing terdiri atas 3 taraf, yaitu I) fktor A terdint atas al - varietas tanaman kumis
kucing berbunga putih, a2 = varietas tanaman kumis kueing berbunga ungu, dan al
varietas tanaman kumis k
cing berbunga ungu muda, 2) tktor H terdiri dari bl - air
panas, b2 = etanol, dan b3 = metanol
Hasil penclitian bendasarkan hasil analisis sidik ragam dan hasil uji Duncan
menunjukkan bahwa kandungan sinensetin tertinggi dihasilkan dani kombinasi antara
tanaman berbunga putih dengan pelarut mctnnol, yuitu sebesar 1,1%. Kandungan
sinensetin terendah bcrasal dari kombinasi nntar tanaman berbunga ungu dengan
pelarut metanol, yaitu 0,37% Ekstraksi yang menggunakan pelarut metanol
menghasilkan ekstrak dengan kandungan sinensetin 0,7% - 1,18%, pelarut etanol
menghasilkan ekstrak dengan kandungan sincnsetin 0,45% - 0,48% Pelarut air panas
tidak menunjukkan adanya sinensctin dalam ckstrak yang dihasilkan
Pelarut yang baik untuk digunakan pada ckstrak daun kumis kucing adalah
metanol, karena harganya relatif murah dan dapat melarutkan scnyawa sinensetin
Metanol sangat beracun, tetapi tidnk bersifat racun untuk bahan dengan proses
penguapan. Berdasarkan grafik yang diperoleh dari analisis menggunakan alat
kromatogmafi cairan (liquid cromatograph) dihasilkan luas sampel sinensetin sebesar
438 mm, sedang luas standar adalah 138 mm (Flachsmann, 1985)
Dari penelitian yang dilakukan ternyata diperoleh informasi bahwa ckstraksi
daun kumis kucing dapat menghasilkan kandungan sincnsctin yang tinggi untuk
meningkatkan nilai tambah bagi komoditi obt-obatan tradisional, khususnya daun
kumis kucing dan membantu meningkatkan ckspor non migas |
en_US |