Abstract:
Beberapa tahun lalu, Indonesia pernah menjadi penghasil karet alam terbesar di dunia.
Kondisi ini berubah sejak luas lahan perkebunan karet berkurang dan berganti menjadi lahan
perkebunan kelapa sawit. Sementara kebutuhan terhadap bahan-bahan berbasis karet semakin
meningkat, salah satunya adalah lateks. Pada saat ini, lateks sintetis sudah sangat banyak
diproduksi, misalnya styrene butadiene lateks (SBL) atau lebih dikenal dengan nama SBL.
Walaupun kebutuhan SBL di Indonesia mengalami penurunan, tapi kebutuhan di dunia
mengalami kenaikan, hal ini tampak dari persen pertumbuhan ekspor SBL Indonesia sebesar
9,5% pertahunnya. Sehingga pendirian pabrik ini diarahkan untuk ekspor, dengan rencana
kapasitas 13.000 ton per tahun, selain yang sudah dilakukan oleh PT Styrindo Mono Indonesia
(SMI) yang terletak di Serang, Banten yang mempunyai kapasitas produksi sebesar 120.000
ton/tahun.
Pabrik SBL ini direncanakan akan didirikan di Kawasan Industri daerah Cilegon
Banten pada tahun 2021 dan berproduksi pada tahun 2023, dengan mempergunakan bahan
baku utama stirena dan butadiena yang dipasok oleh PT SMI, dengan beberapa bahan tambahan
seperti senyawa t-dodecyl mercaptan, soap sytstem, pinane hydroperoxide dan bahan lain
melalui reaksi chain polymerization pada suhu 50oC. Stirena, butadiene dan bahan lain
direaksikan dalam lima reaktor CSTR secara seri, dengan besar konversi 63,74%. Pemisahan
butadiena dilakukan dengan flash separator pada kondisi vakum, sementara stirena berlebih
dipisahkan dengan metode ekstraksi mempergunakan etil ether sebagai organic solvent.
Setelah melalui proses separasi di gravity separator, SBL dengan komposisi 52% air dan 48%
SBL disimpan di tangki penyimpanan. Kebutuhan air sebesar 66,95 m3 per hari dipasok dari
xvi
air kawasan industri, listrik dipasok dari PLN sebesar 379,38 kWH, bahan bakar berupa solar
sebesar 344,90 liter per hari, dan refrigerant HC-22 sebesar 21.591,49 kg per hari.
Perusahaan dengan nama PT Nebula Satu Indonesia berbentuk Perseroan Terbatas (PT)
yang dipimpin oleh seorang direktur, dibantu 5 manajer dengan jumlah karyawan 142 orang,
memiliki total modal investasi (TCI) sebesar memiliki 1.463.224.000.000, dengan struktur
permodalan 71,43% modal sendiri atau Rp1.045.224.000.000 dan 28,57% atau
Rp418.000.000.000 berupa pinjaman dari bank. Berdasar hasil analisis ekonomi, diantaranya
pembangunan konstruksi selama dua tahun yaitu tahun 2021-2023, suku bunga pinjaman
korporasi Bank sebesar 9,95%, jangka waktu pinjaman selama 5 tahun, dengan grace period
selama 1 tahun dan break event point (BEP) di tahun pertama 57,14%, memberikan Net Cash
Flow at Present Value (NCFPV) bertanda positif sebesar Rp 2.455.646.000.000, Internal Rate
of Return (IRR) 33,05% dan Minimum Payback Period (MPP) selama 4 tahun 5 bulan,
sehingga pabrik ini layak dirikan.