Abstract:
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diikuti dengan semakin
meningkatnya kebutuhan kasur sebagai salah satu kebutuhan primer dalam rumah tangga.
Selain itu kebutuhan akan memiliki kualitas tidur yang baik juga perlu di pertimbangkan
dengan penggunaan kasur yang juga memiliki kualitas yang baik. Sejauh ini, peningkatan
kebutuhan kasur busa tidak di iringi dengan bahan baku pembuatan kasur busa yang
ramah lingkungan. Sehingga kenaikan kebutuhan kasur busa tidak sejalan dengan konsep
green earth yang sedang di gaungkan oleh dunia pada akhir-akhir dekade ini. Hal ini di
buktikan dengan belum adanya konsep kasur busa komersial yang ramah lingkungan
dengan menyisipkan bahan alami di dalamnya. Beberapa penelitian telah dimulai untuk
mengembangkan kasur busa berbasis alami. Namun dengan terbatasnya sumber daya
alami yang bisa di sisipkan sebagai bahan baku selain itu juga harga yang lebih tinggi
dari harga pasar kasur busa menyebabkan beberapa pabrik kasur busa masih
mempertimbangkan pengembangan produk kasur busa kearah yang lebih ramah
lingkungan.
Pabrik Poliuretan dari Selulosa ini didirikan untuk merealisasikan produk kasur
busa yang lebih ramah lingkungan. Dengan penambahan bahan alami berupa
Carboxymethyl Cellulose diharapkan mampu membantu penguraian kasur busa secara
alami. Sehingga limbah kasur busa tidak mencemari lingkungan. Karena sejauh ini kasur
busa yang berada secara luas di pasaran belum memakai bahan alami dan mengandung
bahan baku berupa Polyol yang berbahan dasar minyak bumi.
Pabrik Poliuretan dari Selulosa ini direncakan akan didirikan di Kawasan Industri
Modern Cikande, Kabupaten Serang, Banten pada tahun 2023 dan beroprasi pada tahun
x
2024, dengan menggunakan bahan baku utama berupa polyol dari Shandong Longhua
New Mateial Co.,Ltd, bahan baku 2,4-Tolylene Diisocyanate dari Shandong S-sailing
Chemical Co.,Ltd dan bahan baku Carboxymethyl Cellulose dari Nanjing Jiayi Sunway
Chemical. Co., Ltd dan bahan penunjang lainnya dari WeiHongXin Polyurethane Co.Ltd,
PT Global Amines di Gresik dan PT Chemifin Jaya Utama di Jakarta. Cara pembuatan
Poliuretan dari Selulosa di awali dengan mencapurkan seluluruh bahan baku kedalam
tanki pengaduk dengan suhu dan tekanan ruang sehingga terjadi reaksi antara polyol
dengan isosianat dan bahan alami carboxymethyl cellulose menghasilkan produk berupa
poliuretan foam atau lebih dikenal sebagai kasur busa. Pemurnian produk Poliuretan dari
Selulosa dapat dilakukan dengan mencuci produk menggunakan air sehingga sisa
carboxymethyl cellulose yang tidak bereaksi dapat dihilangkan dari produk. Setelah
pencucian produk akan di diamkan selama 48 jam untuk melepaskan udara panas dari
reaksi eksoterm yang terjadi dalam pembuatan produk ini. Setelah didiamkan selama 48
jam produk kasur busa baru bisa di distribusikan ke pasar. Pada proses ini dihasilkan
produk sebesar 89%. Dengan kebutuhan air sebesar 69.39 m3
/hari yang dipasork dari air
kawasan industry. Untuk kebutuhan listrik akan di pasok dari PLN sebesar 55,55 kWH,
dan penggunaan bahan bakar biosolar untuk kebutuhan generator listrik sebesar 8,13 liter
per hari.
Perusahaan dengan nama PT Nature Polyfoam Indonesia berbentuk Perseroan
Terbatas (PT) yang dipimpin oleh seorang direktur dan dibantu oleh 5 manajer dengan
jumlah karyawan sebanyak 107 orang. Perusahaan ini memiliki total modal investasi
(TCI) sebesar Rp 607.907.363.591, dengan struktur permodalan 70,88 % modal sendiri
atau sebesar Rp 430.907.363.591 dan 29,12% atau Rp 177.000.000.000 berupa
pinjaman dari bank. Berdasar hasil analisis ekonomi, diantaranya pembangunan
konstruksi selama satu tahun yaitu tahun 2023-2024, suku bunga pinjaman korporasi
Bank sebesar 8,00% , jangka waktu pinjaman selama 5 tahun, dengan grace period
selama 1 tahun dan break event point (BEP) di tahun pertama 50,93 %, memberikan Net
Cash Flow at Present Value (NCFPV) bertanda positif sebesar Rp 1.330.462.665.383,
Internal Rate of Return (IRR) 35,33% dan Minimum Payback Period (MPP) selama 4
tahun 1 bulan, sehingga pabrik ini layak dirikan