| dc.description.abstract |
Indonesia dengan sektor industrinya yang kokoh menjadi salah satu produsen asam akrilat.
Bahan kimia ini merupakan komponen penting dalam berbagai produk sehari-hari, mulai dari
plastik hingga tekstil. Produksi asam akrilat pada tahun 2028 diperkirakan mencapai 240.000
ton sedangkan kebutuhan asam akrilat di Indonesia mencapai 359.970.094 ton. Untuk
mencukupi kebutuhan pasar tersebut, Indonesia melakukan impor asam akrilat. Hal ini
mengindikasikan bahwa terdapat peluang pengembangan industri asam akrilat di Indonesia
terbuka lebar. Pabrik asam akrilat berbahan dasar gliserol ini akan didirikan pada tahun 2026
dengan kapasitas 150.000 ton/tahun dan mulai beroperasi pada tahun 2028 yang berlokasi di
Kawasan Industri Wiraraja, Batam, Kepulauan Riau dengan luas lahan 200.000 m2 dan 219
orang sebagai staff operasi dan administrasi. Asam akrilat diproduksi melalui dua reaksi fasa
gas menggunakan reaktor fixed bed multitube yaitu dehidrasi gliserol menjadi akrolein dan
oksidasi akrolein menjadi asam akrilat. Reaksi dehidrasi membutuhkan gliserol 99,5% sebesar
31.150,88 kg/jam dengan katalis padat WO3/ZrO2 pada suhu 300°C dan tekanan 1 atm. Reaksi
oksidasi akrolein membutuhkan oksigen 99% sebanyak 5.279,84 kg/jam dengan katalis
MoV2O8 pada suhu suhu 300°C dan tekanan 1,5 atm. Produk asam akrilat akan dimurnikan
menggunakan prinsip distilasi sehingga didapat kemurnian asam akrilat 99,5% (w/w). Dalam
pengoperasiannya pabrik ini membutuhkan listrik sebesar 112,04 kWh, air sebesar 12.172,25
m3
/hari, bahan bakar solar sebesar 53.187,05 L/hari, bahan bakar fuel oil No.4 sebesar 535,25
L/hari, dan Dowtherm A sebesar 6.023.426,21 kg/hari. Hal yang perlu diperhatikan pada |
en_US |