Abstract:
PT. Indonesia Toray Synthetics, sebuah perusahaan industri tekstil dan kimia, menghadapi masalah tingkat
cacat yang tinggi pada produk benang tipe 330-7-220, khususnya pada grade C3. Selama periode Januari
hingga Desember 2023, data internal menunjukkan rata-rata tingkat cacat sebesar 11%, melebihi batas
toleransi perusahaan sebesar 5%, yang menyebabkan target produksi tidak tercapai. Penelitian ini
mengidentifikasi lima jenis cacat produksi: Benang Putus, Bad Form, Benang Kusut, Benang Kotor, dan
Benang Keba, dengan Benang Putus, Bad Form, dan Benang Kusut sebagai jenis cacat tertinggi. Peneliti
tertarik untuk meningkatkan kualitas produk benang tipe 330-7-220 menggunakan metode Six Sigma
dengan pendekatan DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) guna mengurangi jumlah cacat
produk. Analisis menggunakan Peta Kendali P menunjukkan bahwa nilai sigma rata-rata sebelum perbaikan
adalah 3.515 dengan DPMO 22.017, sementara setelah perbaikan nilai sigma meningkat menjadi 3.901
dengan DPMO 8,235. Tools yang digunakan dalam penelitian ini mencakup diagram Pareto, diagram
Fishbone, dan analisis 5W+1H. Berdasarkan diagram pareto yang disediakan, terlihat bahwa jumlah defect
Benang Putus memiliki persentase total sebesar 22%, Bad Form sebesar 20%, dan Benang Kusut juga
sebesar 20%. Selain itu, terdapat defect Benang Kotor dan Benang Berserabut. Diagram Fishbone
mengidentifikasi tiga faktor utama penyebab cacat Benang Putus, Bad Form, dan Benang Kusut, yaitu
Manusia, Mesin, dan Material. Rekomendasi perbaikan mencakup pelatihan mendalam bagi karyawan
untuk memastikan pemahaman dan penerapan SOP yang benar, pengawasan ketat dan pengecekan berkala
untuk menjaga kondisi mesin optimal dan mengurangi risiko cacat, serta peningkatan pengawasan kualitas
oleh bagian Quality Control untuk memastikan produk memenuhi standar kualitas sebelum dikirim ke
pelanggan.