dc.description.abstract |
Minyak bumi telah menjadi sumber energi utama di Indonesia sejak lama. Namun jumlah
cadangan minyak bumi di Indonesia dikhawatirkan akan terus menurun beberapa tahun
kedepan. Oleh karena itu salah satu energi alternatif untuk mengganti bahan bakar solar adalah
biodiesel. Biodiesel dibuat dengan proses kimia transesterifikasi (transesterification), dimana
pada proses tersebut menghasilkan dua produk metil ester dan produk samping yaitu gliserol.
Produk turunan gliserol berupa TAG (Tri Acetyl Glycerol)/ Triacetin ini di Indonesia masih
belum banyak diolah, karena keterbatasan dari teknologi sehingga menyebabkan nilai jual dari
gliserol ini rendah. Konsumsi triacetin di Indonesia di proyeksikan mencapai 106.175 hingga
tahun 2028, oleh karena itu perlu dilakukannya pengolahan gliserol agar menjadi produk yang
memiliki nilai jual tinggi. Pabrik triacetin ini dirancang dengan kapasitas 100.000 ton per tahun.
Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi triacetin adalah gliserol dan asam asetat
dengan katalis amberlyst-15. Pabrik ini akan didirikan di Kawasan Industri, Pelintung, Medang
Kampai, Kota Dumai, Riau yang dioperasikan secara kontinyu. Proses produksi triacetin pada
pabrik ini terdapat tiga tahapan utama yaitu pemurnian gliserol, esterifikasi dan pemurnian
produk. Untuk tahapan pemurnian gliserol, crude glycerol dipisahkan dari air menggunakan
flash separator pada suhu 130
o
C dan tekanan 1 atm. Kemudian gliserol dengan kemurnian 96%
disimpan ke dalam tangki penampung gliserol. Reaksi esterifikasi dilakukan di dalam reaktor
fixed bed multitube pada suhu 105
o
C dan tekanan 1 atm. Selanjutnya triacetin dipisahkan dari
air sebagai produk samping menggunakan decanter pada suhu 30
o
C dan tekanan 1 atm.
Kemurnian triacetin 99% disimpan ke dalam tangki penampung produk. Utilitas yang
dibutuhkan diantaranya air, listrik, dan bahan bakar solar. Kebutuhan air yang digunakan pada
unit utilitas berasal dari air sungai yang berada di sekitar pabrik. Yang terdiri dari 1.426,54
kg/jam untuk kebutuhan start-up dan 1.083,38 kg/jam untuk kebutuhan kontinyu. Kebutuhan
listrik berasal dari PLN sebesar 4.786,91 kWh. Lalu, kebutuhan bahan bakar solar didapatkan |
en_US |