Abstract:
Selama sepuluh tahun terakhir, laju penurunan cadangan terbukti minyak bumi sebesar
92,5 juta barel per tahun, atau dengan kata lain selama sepuluh tahun cadangan minyak dan
kondensat nasional hilang sebesar 1 miliar barel. Produksi naphtha Indonesia sebagai salah satu
bahan baku utama dalam industri petrokimia hulu selama sepuluh tahun terakhir cenderung
fluktuatif. Sejak tahun 2010, produksi naphtha tertinggi tercapai pada tahun 2011 sebanyak
26,8 juta barel namun terus menurun pada tahun-tahun berikutnya. Hingga Januari 2018,
produksi naphtha Indonesia tercatat sebanyak 19,3 juta barel (Department, 2018). Oleh karena
itu pergantian bahan baku dari minyak bumi ke minyak sawit (crude palm oil) diharapkan
menjadi bahan baku alternatif mengingat energi biomassa lebih ramah lingkungan serta sumber
bahan baku yang melimpah. Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yamg
memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi Indonesia, pernyataan ini diperkuat
dengan adanya data dari Bandan Pusat Statistik yang mencatat kontribusi sektor produksi
minyak sawit setiap tahun bertambah hingga tahun 2019 tercatat sebesar 48,42 juta ton crude
palm oil (CPO) dan luas perkebunan sebesar 14,60 juta hektar (BPS, 2019). Maka dari itu
minyak kelapa sawit ini diharapkan mempuni kebutuhan produksi naphta di Indonesia.
Pabrik direncanakan akan didirikan di Kawasan Industri Dumai (KID), Prov Riau pada
tahun 2022 dan mulai produksi pada tahun 2024. Bahan baku yang digunakan dalam proses
produksi yaitu CPO. Provinsi Riau memiliki perkebunan sawit dengan luas 1,8 juta hektar atau
merupakan provinsi yang memiliki perkebunan sawit terbesar di indonesia. Selain itu di riau
terdapat pabrik-pabrik pengolahan minyak sawit diantaranya ada PT Mahkota Group Tbk dan PT Sinarmas Agro Resources And Technology Tbk. Pembentukan Bio-Naptha berlangsung
pada dua reaktor fixed bed multitube dengan suhu 1480C dengan tekanan 68 atm, pada reaktor
pertama bahan baku direaksikan agar menjadi senyawa karbon rantai pendek atau disebut
dengan proses hidrolisis, lalu pada reaktor dua terjadi pemurnian agar menjadi produk, sebelum
proses terjadi pada reaktor, bahan baku suhunya dinaikan terlebih dahulu dari 300C ke 1480C.
Pada keluaran reaktor pertama hasil reaksi menghasilkan H2O yang bercampur dengan produk
sehingga harus dipisahkan dengan gravity separator, H2O hasil pemisahan kemudian
ditampung ke tank penyimpanan sedangkan produk dimasukan ke reaktor kedua.
Perusahaan dengan nama PT PESA GEMILANG berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang
dipimpin oleh seorang direktur, dibantu 5 manajer dengan jumlah karyawan 142 orang,
memiliki total modal investasi (TCI) sebesar memiliki Rp 11,812,000,000,000 dengan struktur
permodalan 73,81% modal sendiri atau Rp 8,719,000,000,000 dan 26,19% atau Rp
3,093,000,000,000 berupa pinjaman dari bank. Berdasarkan hasil analisis ekonomi,
diantaranya pembangunan konstruksi selama dua tahun yaitu tahun 2022-2024, suku bunga
pinjaman korporasi Bank sebesar 8%, jangka waktu pinjaman selama 5 tahun, dengan grace
period selama 1 tahun dan break event point (BEP) di tahun pertama 41,82%, memberikan Net
Cash Flow at Present Value (NCFPV) bertanda positif sebesar Rp 23.997.000.000.000,
Internal Rate of Return (IRR) 33,63% dan Minimum Payback Period (MPP) selama 4 tahun 2
bulan, sehingga pabrik ini layak dirikan.