dc.description.abstract |
Kolagen berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata “kolla” yang artinya bersifat lekat atau
menghasilkan pelekat. Kolagen adalah protein dengan struktur berserat yang merupakan
komponen utama matriks ekstraseluler suatu organisme hidup yang berjumlah 25-30% dari
total protein dan berperan penting dalam menjaga integritas struktur biologis beberapa jaringan.
Pemanfaatan ekstrak kolagen diantaranya untuk industri kosmetik, farmasi (penyembuh luka),
dan makanan karena kolagen memiliki sifat daya tarik (tensile strength) yang tinggi,
antigenisitas rendah, dan biokompatibilitas yang baik.
Produksi kolagen dalam negeri sendiri sampai saat ini masih belum optimal. Data
menyebutkan, bahwa pada tahun 2003 Indonesia masih mengimpor lebih dari 6200 ton kolagen
dengan harga per gramnya mencapai kurang lebih 1 $ US. Salah satu bahan baku alternatif
potensial yang dapat digunakan sebagai pembuatan kolagen adalah Sisik dari Ikan Nila.
Senyawa organik pada sisik ikan terdiri dari 40-90% dan selebihnya merupakan kolagen. Saat
ini sisik ikan dapat diperoleh dari limbah buangan penjualan ikan atau perusahaan perngolahan
ikan, khususnya perusahaan pembekuan yang mengolah produknya dalam bentuk frozen scaleoff. Kebutuhan kolagen difokuskan untuk industri kosmetik yang sedang berkembang sangat
pesat. Dengan kebutuhan kolagen untuk bahan baku kosmetik sebesar 6%, sehingga penentuan
kapasitas produksi kolagen dari sisik ikan nila didapat untuk bahan baku kosmetik adalah
sebesar 1.000 ton/tahun.
Rencananya pabrik kolagen dari sisik ikan nila ini akan di didirikan di kecamatan Tugu,
Semarang, Jawa Tengah. Lokasi ini diperoleh karena berdekatan dengan sumber bahan baku
yang berasal dari PT. Aquafarm Nusantara. Bahan baku yang digunakan berupa sisik ikan nila
dengan kapasitas bahan baku mencapai 4000 ton/tahun. Pembuatan kolagen dilakukan dengan menggunakan metode Kolagen Larut Asam, yang
diekstraksi dengan Asam Asetat 1 M dengan kurun waktu tertentu, pada temperatur ruang dan
tekanan 1 atm.
Perusahaan ini berbadan hukum perseroan terbatas (PT) dipimpin oleh seorang direktur
utama dengan jumlah karyawan 136 orang. Berdasarkan analisa kelayakan ekonomi yang
dilakukan total modal yang dibutuhkan (TCI) sebesar Rp. 306.344.343.638,55 dengan
komposisi permodalan 60% modal sendiri dan 40% pinjaman bank. Periode minimum
pengembalian modal (MPP) didapatkan sebesar 4 tahun 9 bulan 2 hari, sehingga investasi
kembali sebelum umur pabrik mencapai 10 tahun dan Internal Rate of Return (IRR) sebesar
30,3% yang lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (10%) dan total nilai laju alir kas
bersih (NCF PV) pada bunga 10% sebesar Rp. 477.182.821.530,-. Dapat disimpulkan bahwa
perancangan pabrik gelatin dari kulit ikan nila yang akan didirikan ini layak (feasible). |
en_US |