Abstract:
Kebutuhan pelumas di Indonesia mencapai 1.140.000 kL/tahun dan kira-kira
40% pelumas akan dibuang ke lingkungan menjadi limbah non-biodegradable dan
bersifat sebagai limbah B3 Sehingga akumulasi limbah pelumas akan berakibat
pencemaran tanah, air dan udara. Untuk mengatasi permasalahan ini, maka pemakaian
pelumas berbasis petroleum harus digantikan dengan pelumas bio dan pelumas bio ini
juga menunjang lingkungan yang mendukung pembangunan berkelanjutan Salah satu
bahan baku biolubricant adalah Asam risinoliat dari minyak jarak. Kebutuhan
Biolubricant di indonesa dipenuhi dari impor dan produksi dari PT. Pertamina, untuk
mmenuhi dan mengurangi pemakai pelumas dari petrokimia maka adanya peluang
untuk mendirikan pabrik Biolubricant dengan kapasritas 1000 ton per tahun an dari
asam risnoleat. Biolubricant berbahan bahaku asam risnolea dengan pelarut 2-
etilheksanol dengan katalis CU-O, denggan proses batch esterifikasi pada reaktor
pertama teperatur reaksi 100oC dan waktu 10 jam. Dan reaksi asetilasi pada reaktor
kedua temperature 90oC dan waktu 10 jam. Hasil produk raktor kedua dinetralisasi,
kemudian pemurnian dengan proses distilasi dan menghasilkan produk biolubricant
dengan kemurnian 95%.
Pendirian pabrik ini dibentuk dengan badan hukum adalah perseroan terbatas
(PT) dengan struktur organisasi adalah sistem garis dan staff. Perusahaan dipimpin
oleh direktur yang membawahi 120 karyawan. Berdasarkan perhitungan dan analisis
ekonomi diperoleh data sebagai berikut: • Total Modal Investasi (TCI) = Rp. 413.395.432.916
• Net Cash Flow Present Value (NCFPV) tahun ke-10 = Rp. 754.515.808.265
• Internal Rate Return (IRR) = 31%
• Minimum Payback Period (MPP) = 5 Tahun 4,6 Bulan
Dari data analisa ekonomi diatas dapat disimpulkan bahwa pabrik biolubricant
dari asam risinoleat layak untuk didirikan.