Abstract:
Kegagalan pada sistem tenaga listrik tidak mungkin dapat dihindari. Untuk menanggulangi gangguan tersebut diperlukan suatu sistem proteksi. Salah satu alat dari sistem proteksi yaitu relai yang berfungsi untuk merasakan atau melihat adanya gangguan pada peralatan yang digunakan dengan cara mengukur dan membandingkan besaran-besaran yang diterima (arus, tegangan, daya, frekuensi, dan impedansi) dengan besaran yang telah ditentukan. kemudian memberikan sinyal keputusan untuk membuka pemutus tenaga (PMT). Penelitian ini mengambil studi kasus di PT. PLN Serpong pada 10 penyulang aktif, dilakukan koordinasi proteksi dalam keadaan normal dan abnormal dengan menggunakan software ETAP. Metode yang digunakan yaitu dengan cara melakukan simulasi gangguan hubung singkat 3 fasa, 2 fasa ke tanah, dan 1 fasa ke tanah pada tiap-tiap penyulang, selanjutnya dilakukan perhitungan untuk menentukan settingan relai dengan menggunakan data aktual dari PLN Serpong maupun dengan menggunakan perhitungan manual. Disimpulkan bahwa koordinasi relai arus lebih dan relai gangguan tanah pada PLN Serpong, didapatkan hasil kerja relai yang sama selektif, karena relai yang pertama bekerja pada saat terjadi gangguan adalah relai yang paling dekat dengan titik gangguan.