dc.description.abstract |
Telur asin, sebagai salah satu olahan telur bebek yang populer, diolah untuk
memperpanjang masa simpan dan memberikan cita rasa khas. Namun, metode
konvensional pengasinan yang memakan waktu 7 hingga 15 hari memiliki tantangan
berupa lamanya proses produksi dan masa simpan yang terbatas. Untuk mengatasi
keterbatasan ini, inovasi terbaru menggabungkan metode manipulasi osmosis dan
penggunaan mesin pengasapan berbasis Internet of Things (IoT). Metode manipulasi
osmosis mempercepat proses pengasinan dengan merendam telur dalam asam cuka,
diikuti dengan pengasapan yang memperpanjang masa simpan hingga 25 hari. Tugas
Akhir ini merancang oven pengasapan telur asin berbasis IoT yang dapat dipantau melalui
aplikasi smartphone menggunakan Blynk. Sistem pengendalian asap melibatkan sensor
MQ135 untuk pembacaan jumlah asap, termokopel tipe K untuk pembacaan suhu, dan
timer pemrosesan. Solenoid valve dan kipas asap akan aktif untuk memasukkan asap ke
dalam oven saat sensor MQ135 mendeteksi asap kurang dari 3550 ppm, dan akan
menutup saat kadar asap mencapai 3700 ppm. Kipas sirkulasi memastikan asap dan panas
tersebar merata. Setelah timer selesai, semua komponen akan mati secara otomatis.
Berdasarkan uji coba, cangkang telur mengalami perubahan warna menjadi coklat
bercorak tanpa perbedaan signifikan di setiap tray. Tingkat kematangan telur meningkat
dari 80% (2,5 jam) menjadi 90% (3 jam) dengan penambahan durasi pengasapan.
Disarankan untuk menambah heater agar kematangan mencapai 100%. Rasa asap
tergolong sedang dan berimbang, dengan aftertaste tertinggal. Analisis proksimat
menunjukkan kadar air berkisar antara 66-69%, kadar abu 2,744-4,047%, lemak 10,11112,189%,
protein 9,940-12,559%, dan karbohidrat 4,929-8,273%. Inovasi ini
mengintegrasikan IoT untuk pemantauan jarak jauh, memberikan fleksibilitas dalam
pengoperasian, dan memiliki potensi besar untuk diterapkan dalam usaha UMKM. |
en_US |