Abstract:
Dalam prosedur pemecahan permasalahan, individu akan memiliki beberapa alternatif
yang bisa dipilih. Tetapi perlu diingat bahwa setiap alternatif akan memiliki dampaknya masing
masing. Seorang individu juga diasumsikan bahwa ia akan memilih sebuah keputusan agar dapat
memaksimalkan kepuasan pada pemenuhan keinginan secara rasional.
Pengambilan keputusan (decision making) adalah sebuah mekanisme dalam melakukan
penilaian dan menyeleksi sebuah/beberapa pilihan. Ketetapan pengambilan keputusan
dirumuskan setelah menjalani beberapa proses perhitungan rasional dan peninjauan alternatif.
Sebelum kesimpulan dirumuskan dan dilaksanakan, terdapat beberapa jenjang tahapan yang
harus dilalui oleh si pembuat keputusan. Jenjang tahapan tersebut mungkin dapat meliputi
rekognisi permasalahan dasar, menyiapkan putusan alternatif yang dapat dipilih, lalu mencapai
fase pemilihan keputusan terbaik.
Terkadang masalah yang dihadapi dalam pengambilan keputusan adalah menyelaraskan
pendapat atau penilaian beberapa pakar atau juri yang memberikan peringkat kepada subyek atau
obyek tertentu. Dalam kasus seperti ini harus digunakan metode pengambil keputusan yang
dapat melihat kekonsistenan atau kesesuaan pendapat dari para pakar atau juri tersebut.
Kemudian secara statistika perlu diuji kekonsistenan tersebut.
Salah satu metode pengambilan keputusan adalah Analytical Hierarchy Process (AHP)
yang pengambilan keputusannya didasarkan pada konsistensi jawaban para pakar/juri.
Konsistensi kombinasi jawaban dari para pakar diukur dengan nilai consistency ratio (CR). Jika
nilai CR > 0,1 dikatakan tidak konsisten dan jika nilai CR < 0,1 dikatakan konsisten.
AHP telah diterapkan oleh penulis dalam kegiatan Penentuan Produk Unggulan Daerah
Kota Tangerang Selatan. Level struktur hirarki yang dianalisis adalah Level Kriteria dan Level
Produk Unggulan. Data AHP adalah jawaban kuesioner dari 5 (lima) orang responden pakar.
Konsistensi jawaban dari kelima orang pakar diukur dengan nilai consistency ratio (CR). Jika
nilai CR > 0,1 dikatakan tidak konsisten dan jika nilai CR < 0,1 dikatakan konsisten.
Tahapan akhir adalah menguji kesesuaian jawaban kelima orang pakar dengan
menggunakan Uji Koefisien Konkordansi Kendall W. Hipotesis nol adalah tidak ada kesesuaian
dari jawaban kelima orang pakar tersebut lawan hipotesis alternatif bahwa ada kesesuaian. Jika
nilai-p dari uji lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 maka hipotesis nol ditolak dan dapat
dikatakan terdapat kesesuaian dari jawaban kelima orang pakar tersebut. Jika nilai-p dari uji
lebih besar dari taraf signifikansi α =0,05 maka hipotesis nol diterima dan dapat dikatakan tidak
terdapat kesesuaian dari jawaban kelima orang pakar tersebut.
Dari hasil pengolahan data menggunakan metode AHP, untuk level kriteria diperoleh
nilai CR = 0,02 dan untuk level produk unggulan diperoleh nilai CR = 0,02. Kedua nilai ini lebih
kecil dari 0,1. Maka disimpulkan bahwa terdapat kekonsistenan penilaian kelima pakar dalam
kegiatan Penentuan Produk Unggulan Daerah Kota Tangerang Selatan.
Dari hasil pengolahan data menggunakan koefisien konkordansi Kendall W, diperoleh
bahwa hasil pengujian terhadap kesesuaian jawaban responden pakar memberikan nilai-p =
0,064 untuk level kriteria dan nilai-p = 0,353 untuk level produk unggulan. Kedua nilai ini lebih
besar dari taraf signifikansi α = 0,05. Maka disimpulkan bahwa terdapat ketidaksesuaian dalam
penilaian kelima orang pakar dalam kegiatan Penentuan Produk Unggulan Daerah Kota
Tangerang Selatan.