dc.description.abstract |
Tempe merupakan makanan tradisional yang sangat populer di kalangan
rakyat Indonesia. Tempe terbuat dari kedelai yang difermentasikan dengan
jamur Rizhopus oligoporus sehingga terbentuk massa yang padat dan
diselimuti oleh selaput hifa jamur berwarna putih yang seragam. Proses
fermentasi pada kedelai dapat meningkatkan nilai nutrisi, sifat
organoleptic, dan kecernaan produk, serta meningkatkan ketersediaan
hayati protein, karbohidrat, dan lipid, dalam ukuran yang mudah
dicerna(Santhirasegaram et al., 2016)(Mukherjee et al., n.d.). Pada saat ini,
umumnya tempe dibuat oleh industri skala rumah tangga. Dari hasil
observasi proses produksi tempe, proses yang sangat memakan tenaga dan
kritis, ada 2, yaitu pengelupasan yang dilakukan secara manual dan proses
fermentasi. Proses fermentasi, merupakan salah satu bagian yang sangat
kritis, karena membutuhkan kondisi lingkungan yang stabil suhunya pada
sekitar 301oC, kelembapan sedang, dan dengan ventilasi yang baik
(udara dapat mengalir). Perkembangan teknologi yang sangat pesat seperti
sekarang ini, masih banyak pengrajin tempe yang proses pembuatannya
masih dilakukan secara manual dan bergantung pada iklim cuaca. Proses
fermentasi tempe berlangsung selama 24 jam. Pada penelitian ini dibuat
alat optimalisasi fermentasi tempe dengan mesin inkubator berukuran
80cm x 175cm x 180 cm. Dalam sekali produksi, inkubator fermentasi
tempe dapat menampung 240 tempe. Arduino Mega 2560 mengolah data
yang diterima dari 3 buah sensor DHT22, untuk menaikan suhu ruang
menggunakan heater, sementara menurunkan suhu ruang menggunakan
kipas. Inkubator ini juga mengendalikan kondisi suhu ruang alat
fermentasi pada suhu yang diinginkan, yaitu 31oC sampai dengan 34oC.
Dengan alat fermentasi tempe, proses fermentasi tempe dapat menghemat
waktu 4 jam lebih cepat atau efesien waktu 20%. |
en_US |